Oleh : Abu MUDI H. Hasanoel Bashry HG.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله المنفرد بالإيجاد. والصلاة والسلام على سيدنا محمد أفضل العباد. وعلى آله وأصحابه أولى البهجة و الرشاد. (وبعد)
Kaum muslimin pada masa Rasullullah SAW adalah umat yang satu, tidak terkotak-kotak dalam aneka kecenderungan, baik kabilah, paham keagamaan, ataupun visi sosial politik. Segala masalah yang muncul segera teratasi dengan turunnya wahyu dan disertai dengan pengarahan dari Rasullulah SAW. Walaupun tradisi kaum muslimin yang cukup dinamis dan terkendali pada waktu itu Rasulullah SAW telah memprediksi “kondisi nyaman” ini akan segera pudar sepeninggal beliau. Prediksi Rasullulah SAW itu terungkap dalam beberapa hadits, yang biasanya diawali dengan kata-kata “saya’ti ala ummati zaman” (umatku akan sampai pada suatu masa).
Setelah Rasullullah SAW wafat, prediksi beliau mulai tampak ke permukaan saat terjadinya perbedaan pandangan antara golongan Muhajirin dan Anshar. Tetapi prediksi itu segera teratasi, setelah mayoritas umat sepakat membaiat ash-Shiddiq Abu Bakar RA kemudian al-Faruq Umar bin Khattab RA kemudian dzun-Nuraini Utsman bin ‘Affan r.a dan terakhir Asadullah Ali bin Abi Thalib RA sebagai pimpinan tertinggi kaum muslimin yang mendapat gelar Khulafaur Rasyidin. Bukan berarti prediksii Rasulullah SAW pudar pada masa yang dikenal dengan era Khulafa al-.Rasyidin itu, tetapi hanya menunggu waktu.
Setelah Saiyidina Utsman RA wafat secara tragis dan naiknya Saiyidina Ali RA sebagai khalifah, sejarawan menilai sebagai titik kulminasi munculnya fraksi politik yang terpendam pada masa Saiyidina Abu Bakar RA dan Saiyidina Umar RA. Kejadian ini dikenal dengan Fitnah Kubra yang pertama. Inilah awal silang pandangan kaum muslimin sulit dipadamkan bahkan mengarah pada konfrontasi yang terus menerus.